Lima Elang: Anak-anak Bilang “Seru Banget”!


Setelah cukup lama film anak-anak buatan dalam negeri “menghilang” dari bioskop-bioskop di Indonesia, kini akhirnya ada lagi film keluarga petualangan anak-anak yang ditayangkan di berbagai bioskop di Tanah Air mulai 25 Agustus 2011. Berjudul “Lima Elang” film untuk semua umur itu disutradarai oleh Rudy Soedjarwo berdasarkan naskah dan skenario garapan Salman Aristo.
Film ini berkisah tentang Baron yang terpaksa meninggalkan Jakarta dan teman-temannya yang sama-sama hobi bermain mobil Radio Control, karena ayahnya ditugaskan ke Kalimantan Timur. Maka Baron sekeluarga pun pindah ke Balikpapan, suatu perpindahan yang kurang disenangi Baron.
Di sekolah baru, Baron kemudian “tanpa sengaja” sekali lagi terpaksa harus ikut kegiatan kepramukaan dan bahkan terpilih untuk masuk dalam regu putra mengikuti Perkemahan Bintang Utama, suatu perkemahan tingkat daerah Kalimantan Timur. “Gue nggak butuh Pramuka,” ketus Baron.
Tapi kemudian Baron akhirnya ikut juga perkemahan bersama Rusdi, si Pramuka sejati, dan teman satu regu lainnya di Regu Elang yaitu Anton, Aldi, Rio, dan Chandra. Apa mau dikata, si kembar Rio dan Chandra terpaksa dipulangkan karena menderita penyakit cacar. Maka Regu Elang pun tinggal berempat, Rusdi, Baron, Anton, dan Aldi.
Di sinilah petualangan dimulai. Apalagi setelah mereka bertemu Sindai, Pramuka putri yang terpisah dari regunya. Petualangan di tengah hutan menjadi bagian penting dalam film ini. Lalu bagaimana komentar penonton yang sudah menyaksikan film ini?
Ini catatan saya. Ada orang dewasa yang mengatakan film itu jelek, tapi ada juga yang mengatakan bagus. Kalau anak-anak, dari 13 anak yang saya tanya, semuanya mengatakan bagus dan seru. “Seru banget,” kata salah satu anak yang saya tanya sehabis menonton gala premier film itu di Studio XXI Gandaria City, Jakarta Selatan.
Mengingat film ini memang lebih ditujukan untuk anak-anak, maka saya lebih memilih jawaban anak-anak tadi. Orang dewasa yang menonton film ini tampaknya harus menonton dari sudut pandang anak-anak. Jadi, karena memang “Lima Elang” dibuat untuk anak-anak, orang dewasa yang menontonnya, janganlah berharap terlalu berlebihan. Sudah pasti jalan ceritanya sederhana agar mudah dicerna anak-anak.
Walaupun demikian, bagi saya pribadi, film ini tidak asal bikin. Sinematografinya cukup bagus, baik dari pengambilan sudut kamera maupun dari pemilihan lokasi syutingnya. Tak heran bagi yang senang berkemah dan berkegiatan di alam terbuka sampai ada yang mengungkapkan, “Jadi kangen kemping lagi”.
Satu-satunya yang membuat saya terkaget-kaget dari jawaban anak-anak yang saya tanya adalah ketika seorang anak lelaki mengomentari film itu, “Sayang adegan berantemnya kurang seru. Masa’ dipukul pake kayu nggak ke luar darah….” Waduh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar