Jurnal Jambore Dunia 2011: Wartawan Pramuka, Pramuka Wartawan


Siapa Anda sebenarnya? Wartawan Pramuka, maksudnya wartawan yang menulis berita-berita tentang kepramukaan, atau Pramuka Wartawan, seorang anggota Pramuka yang juga wartawan? Begitu tanya seorang wartawan dari Thailand sewaktu berlangsungnya Jambore Kepramukaan Sedunia ke-20 di Sattahip, Thailand, Desember 2002 sampai Januari 2003.
Saat itu, saya memang terdaftar sebagai wartawan yang terakreditasi (accredited journalist) di acara akbar kepramukaan sedunia empat tahun sekali itu. Saya memang bukan bagian dari kontingen Gerakan Pramuka yang saat itu dipimpin oleh Kak Sundoro Syamsuri, namun saya berangkat bersama kontingen dari Indonesia.
Uniknya, ketika tiba di Bandara Don Muang (saat itu bandara baru di Bangkok belum ada), saya justru diperlakukan sebagai tamu VIP. Manakala anggota kontingen harus antre di jalur imigrasi, saya dijemput khusus dengan kendaraan sejenis mobil golf, dan masuk ke jalur imigrasi yang khusus tersedia untuk tamu-tamu VIP. Di luar, saya juga dijemput dengan mobil panitia dan dibawa langsung ke Sattahip. Di dalam mobil, ada seorang wartawan dari salah satu suratkabar dari Thailand yang juga akan ke Sattahip. Dialah yang menanyakan apakah saya wartawan Pramuka atau Pramuka wartawan. Soalnya, saya juga mengenakan seragam lengkap seorang Pembina Pramuka.
Saya jawab, saya memang seorang wartawan yang biasa meliput kegiatan-kegiatan kepramukaan, namun saya juga seorang anggota Gerakan Pramuka yang telah bergabung dengan organisasi itu sejak 1968. Dia pun manggut-manggut, lalu mengomentari, “So you are a complete scout plus journalist”.
Begitulah pengalaman saya di Thailand. Di Inggris, ketika berlangsungnya Jambore Kepramukaan Sedunia ke-21 pada 2007, saya menjadi bagian dari kontingen Gerakan Pramuka dan tugasnya antara lain sebagai media relation antara wartawan-wartawan Indonesia yang meliput acara itu dengan pihak panitia. Saat itu, yang meliput antara lain dari TVRI, RRI, Tempo, Suara Pembaruan, perwakilan Kantor Berita Antara di Inggris, dan BBC siaran Bahasa Indonesia.
Sewaktu tiba di Chelmsford, tempat jambore di Inggris itu, saat mendaftar saya diberi dua pilihan: mau mendapat ID card (tanda pengenal) sebagai “journalist” atau Contingent Service Team (CST), karena memang saya terdaftar juga sebagai CST. Setelah diberi tahu bahwa pemegang tanda pengenal “journalist” tidak boleh bermalam di arena jambore, padahal saya sangat ingin merasakan tidur di tenda, maka saya memilih tanda pengenal CST. Rekan-rekan wartawan lain juga memilih sebagai CST atau pun International Service Team (IST), yang memberi hak untuk bermalam di arena jambore.
Kini, dalam Jambore Kepramukaan Sedunia ke-22 di Swedia, walaupun tidak masuk dalam kontingen Gerakan Pramuka, saya juga terdaftar sebagai “accredited journalist” di arena jambore itu. Saya mendapat tanda pengenal Journalist dengan nomor 137. Jadilah, saya kembali menjalankan tugas saya sebagai wartawan Pramuka dan sekaligus Pramuka wartawan.
Foto: Sebagai Pemimpin Redaksi Majalah Pramuka, majalah resmi Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, saya menyerahkan beberapa edisi Majalah Pramuka kepada Maja Bertoncelj, Head of International Press dalam Jambore Kepramukaan Sedunia ke-22 di Rinkaby, Swedia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar