Jurnal Jambore Dunia 2011: Setelah Jepang, Amerika Utara, Giliran Korea?


Jambore Kepramukaan Sedunia ke-22 yang sedang berlangsung di Rinkaby, Swedia, 27 Juli sampai 8 Agustus 2011, sudah mencapai setengah dari perjalanannya. Pihak panitia jambore, sebagaimana disampaikan Head of International Press, Maja Bertoncelj, mengatakan bahwa kecuali hujan yang agak kurang dapat diprediksi, maka keseluruhan acara berjalan lancar.
Setelah jambore di Swedia ini, para peserta akan pulang membawa banyak kenangan. Sebagian, mengharapkan bakal bisa mengikuti lagi Jambore Kepramukaan Sedunia berikutnya, walaupun mungkin tidak sebagai peserta lagi. Dalam Konferensi Kepramukaan Sedunia ke-38 yang berlangsung di Korea Selatan pada 2008, Jepang telah terpilih sebagai tuan rumah Jambore Kepramukaan Sedunia ke-23. Menurut rencana, acara akbar empat tahun sekali itu akan digelar pada pertengahan 2015.
Selanjutnya, tiga negara di kawasan Amerika Utara, yaitu Kanada, Amerika Serikat (AS), dan Meksiko, akan bersama-sama menjadi tuan rumah Jambore Kepramukaan Sedunia ke-24. Kemungkinan besar, jambore tersebut akan diadakan di salah satu bumi perkemahan di AS pada musim panas 2019.
Lalu berikutnya? Belum diputuskan akan diadakan di mana. Namun, Korea Selatan sudah mewacanakan bersedia menjadi tuan rumah untuk Jambore Kepramukaan Sedunia ke-25 pada 2023. Kalau memang akhirnya Korea Selatan terpilih dan ditetapkan sebagai tuan rumah jambore itu, berarti ini adalah kali kedua negara tersebut menjadi tuan rumah. Sebelumnya, Korea Selatan juga menjadi tuan rumah jambore serupa pada 1991.
Negara lain yang pernah menjadi tuan rumah lebih dari sekali adalah Inggris (1920, 1929, 1957, dan 2007), Belanda (1937 dan 1995),  dan Kanada (1955 dan 1983). Berikutnya, juga bakal menjadi tuan rumah lebih dari sekali adalah Jepang (1971 dan 2015) serta AS (1967 dan 2019).
Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia pernah mencalonkan diri menjadi tuan rumah Jambore Kepramukaan Sedunia yang sedianya digelar pada 1999. Namun, pada saat pemilihan, Indonesia dikalahkan oleh Cile, dengan alasan belum pernah ada satu negara di Amerika Tengah dan Selatan yang menjadi tuan rumah. Sedangkan di kawasan Asia Tenggara, Filipina pernah menjadi tuan rumah pada 1959. Sementara di Asia Timur, Jepang sudah menjadi tuan rumah pada 1971 dan Korea Selatan pada 1991. Jadi, saat itu dipilih Cile untuk memberi kesempatan kepada kawasan Amerika Tengah dan Selatan menjadi tuan rumah pesta akbar Pramuka Penggalang dan Penegak yang berusia 14 sampai 17 tahun.
Menjadi tuan rumah Jambore Kepramukaan Sedunia memang tidak mudah. Selain harus punya dana lumayan besar, juga harus mempunyai arena perkemahan yang mampu menampung sampai 40.000 peserta. Arena itu harus dilengkapi pula dengan fasilitas air bersih, jaringan listrik, sarana mandi, cuci, kakus (MCK), dan juga jaringan internet nirkabel yang bisa digunakan oleh 40.000 orang. Belum termasuk orang-orang yang datang berkunjung ke arena itu sebagai “visitor” atau tamu sehari saja. Sebagai gambaran, Bumi Perkemahan Pramuka Wiladatika Cibubur, Jakarta Timur, paling banyak pernah menampung sekitar 25.000 sampai 30.000 peserta saja. Jadi, semuanya memang harus dipikirkan secara mendalam sebelum kembali mencalonkan diri menjadi tuan rumah Jambore Kepramukaan Sedunia.
Foto: Arena Jambore Kepramukaan Sedunia ke-22 dari arah pintu gerbang utama.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar